Dalam Al-Quran manusia dipanggil dengan beberapa
istilah, antara lain al-insaan, al-naas, al-abd, dan bani adam dan sebagainya.
Al-insaan berarti suka, senang, jinak, ramah, atau makhluk yang sering lupa.
Al-naas berarti manusia (jama’). Al-abd berarti manusia sebagai
hamba Allah. Bani adam berarti anak-anak Adam karena berasal dari keturunan
nabi Adam.
Namun dalam Al-Quran dan Al-Sunnah disebutkan
bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki berbagai potensi
serta memperoleh petunjuk kebenaran dalam menjalani kehidupan di dunia dan
akhirat.
Manusia secara bahasa
disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata
nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns
yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena
manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu
menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.
Manusia cara
keberadaannya yang sekaligus membedakannya secara nyata dengan mahluk yang
lain. Seperti dalam kenyataan mahluk yang berjalan diatas dua kaki,
kemampuan berfikir dan berfikir tersebut yang menentukan manusia hakikat
manusia. Manusia juga memiliki karya yang dihasilkan sehingga berbeda
dengan mahluk yang lain. Manusia dalam memiliki karya dapat dilihat dalam
seting sejarah dan seting psikologis situasi
emosional intelektual yang melatarbelakangi karyanya.
Dari karya yang dibuat
manusia tersebut menjadikan ia sebagai mahluk yang menciptakan sejarah.
Manusia juga dapat dilihat dari sisi dalam pendekatan teologis, dalam
pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi
trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental.
Pengetahuan pencipta
tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang
dirinya. Dan sebagaimana yang telah Allah jelaskan bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia di antara makhluk yang lain.
Berbicara tentang manusia maka yang tergambar dalam fikiran
adalah berbagai macam perfektif, ada yang mengatakan masnusia
adalah hewan rasional (animal rasional) dan pendapat ini dinyakini
oleh para filosof.
Sedangkan yang lain
menilai manusia sebagai animal simbolik adalah pernyatakan tersebut
dikarenakan manusia mengkomunikasikan bahasa melalui simbol-simbol dan
manusiamenafsirkan simbol-simbol tersebut. Ada yang lain menilai tentang
manusia adalahsebagai homo feber dimana manusia adalah hewan yang melakukan
pekerjaan dan dapat gila terhadap kerja.
Menurut Islam, manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia diantara makhluk
ciptaan-Nya yang lain yang dipercaya untuk menjadi khalifah dimuka bumi. Dengan
segala usaha, kerja keras, dan do’a manusia dapat menemukan jalan
kehidupannya sendiri, kecuali pada beberapa ketetapan yang tak bias diubah
(rezeki,mati,jodoh).
Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ar’ad ayat
11
“…Sesungguhnya Allah
tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung mereka
selain Dia.”
2. FUNGSI GANDA MANUSIA
Allah
menciptakan manusia bukanlah kerena kebetulan semata, yang hanya hidup dan mati
tanpa tanggung jawab sebagai mana pandangan kebendaatan di atas.
Manusia diciptakan oleh allah
mempunyai fungsi ganda, yaitu :
- Manusia sebagai Khalifah
Allah di muka bumi
Khalifah disini maksudnya menjadi
penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu
jalan yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya.
Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat
untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat
ke arah kebaikan hidup bersama melalui tolong menolong.
- Manusia sebagai Warosatul
Anbiya’
Kehadiran Nabi Muhammad
saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni
suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk tunduk dan
taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan
perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.
Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:
·
Hubungan manusia dengan
Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya.
·
Hubungan manusia dengan
masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.
·
Hubungan manusia dengan
alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur, serta pemanfaatan
kegunaan alam.
- Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)
3. TUJUAN HIDUP MANUSIA
Hidup menurut konsep islam
bukan hanya kehidupan duniawi semata, tetapi berkelanjutan sampai pada
kehidupan ukhrowi (alam akherta). Dan apa yang kita lakukan selama di
dunia, maka itulah yang akan kita petik di akherat nanti.
Hidup di dunia ini merupakan
terminal dari perjalanan kehidupan manusia yang panjang, mulai dari alam arwah, alam arham, alam dunia, alam barzakh dan berakhir di alam
akherat. Dan untuk bisa berakhir dengan happy ending salah satunya adalah dengan
mendapat ridho dari Allah SWT. Dan inilah yang menjadi tujuan hidup manusia
yaitu mencari ridho Allah SWT. yang direalisasikan dalam bentuk perjuangan
menjalankan tugas dan fungsi gandanya tersebut.
makasi ilmunya
BalasHapusMakasihhh
BalasHapusbagus nih buat nambah wawasan
BalasHapus